AJARKAN LAGI AKU "ALHAMDULILLAH"

Alhamdulillah... Aku masih diberi kesempatan ibadah hari ini
Terimakasih ya Allah, karena tak pernah sekalipun berpaling dariku, sejengkal pun rasanya tidak pernah, buktinya nafasku belum pernah berhenti sampai detik aku menulis ini.
Tapii, Akulah yang sering memalingkan wajahku darimu. Merasa sudah baik dan paling benar, hingga aku mulai sombong berjalan diatas bumi mu
Hari ini, rasanya aku diingatkan lagi untuk selalu berjuang di jalanmu, meski sendiri Tanpa Kawan, aku harus percaya bahwa Engkau akan selalu ada di sampingku
Jujur, akhir" ini aku rasanya enggan menjalani rutinitas sore ku di hari Senin, Rabu dan Jum'at untuk mengajar TPA seperti biasanya.
Aku enggan, mengajak orang" lagi yang 'aku merasa' mereka tak pernah menghiraukan apa yang aku bagikan di grup
Aku enggan, mengingatkan dan aku mulai memutuskan untuk berhenti sementara waktu...
Akhir" ini setiap kali akan berangkat, aku merasa "Pasti nanti disana Aku sendiri", kadang ucapanku terijabah, kadang juga Allah mengirimkan hambanya yang lain untuk ikut andil
Aku yang "merasa penting", sehingga aku akan merasa bersalah ketika santri" tidak ada yang memberi ilmu, aku yakin.. mereka sedang menunggu kami untuk datang
Kembali lagi ke hari ini,
Sampai sore, ternyata belum ada ajakan, hingga akhirnya aku memutuskan untuk "kembali mengajak" mereka yang mungkin hanya membaca
Tapii,, aku masih punya satu teman, yang dikirim Allah untuk hadir saat aku hilang. Terimakasih syn
Lagi", hanya aku dan temanku. Kami berdua..
Awal berangkat sudah ngomong panjang lebar sampai lupa jalan.
Sesampainya disana sudah ada seorang santriwati yang sedang  menyapu masjid dan beberapa anak lain yang masih berkeliaran, tampak sedikit dibanding hari" sebelumnya
Sampai ada yang berkabar bahwa "Coki tangannya patah mbaa"
(Coki : nama samaran)
Aku langsung kaget karena dia menceritakannya sedikit berlebihan, ternyata patah tulang katanya
Mereka pun meminta kami untuk menjenguknya,
Tapi sebelum menjenguk aku meminta mereka untuk bergegas mengaji baru menjenguk Coki bersama.

Pass sekalii, dihari ini uang disaku ku hanya tinggal 10rb, itupun mau aku pakai beli bensin tadinya, tapi Alhamdulillah ndak jadi karena sebelum berangkat ku tengok tangki motorku masih lumayan cukup.
Untung.. Aku masih bawa uang.

Setelah kupikir", uang segitu mana cukup buat menjenguk, kurang sopan lagi kalau kesana tidak membawa apapun
Akhirnya aku meminta bantuan santri" lain untuk iuran seikhlasnya (setidaknya 2000)

Setelah kubilang demikian sebenarnya agak gaenak hati sama santri" disana yang masih kecil atau yang seakan2 kami memaksa mereka, tapii setelah dijelaskan mereka mulai mengerti dan ikhlas
Alhamdulillah, cukup untuk dibelikan beberapa makanan dan sisa 1000 perak yang kami masukkan kotak amal masjid

Berjalan bersama menuju rumah Coki..
Disepanjang jalan aku dan syn bertemu warga kampung, sepertinya mereka juga paham kami sedang menuju kemana mereka ramah dan menegur kami dengan baik.
Ketika hampir sampai ke rumah Coki, kami bertemu bapaknya Coki yang sedang pergi naik motor, beberapa warga sudah berteriak "mbalik o ono tamu meh an" (balik ke rumah mau ada tamu yang datang)
Kami pun hanya senyum"

Sampailah kami di rumah Coki,
Sungguh, rumah yang tidak kubayangkan sebelumnya.
Ternyata Coki hanya tinggal berdua dengan bapaknya
(gambaran rumahnya maaf : terlihat lusuh, pakaian dimana2, alas tanah, tembok sesek, rumahnya gelap dan pengap, kami disambut diruang tamu yang terdapat 4 kursi yang sangat berdebu dan tikar untuk kami akhirnya duduk bersama santri" yang lain)
Saat kami sampai disana, hanya ada Coki, tangan kanannya sudah diperban dan diberi kayu penyangga. Dia tersenyum menyambut kami datang.
Saat kutanya "kenapa tangannya bisa begitu?" dia hanya tersenyum" saja
Kemudian kami pun duduk" bersama, aku memegang pundaknya dan mendoakan supaya dia lekas sembuh, santri" yang lain sudah bergemuruh.
Rasanya Coki juga tak tahan jika terus duduk diatas kursinya, dia pun ikut bergurau bersama santri" yang lain dan ikut duduk bersama yang lain ditikar
Sampai akhirnya, Bapak Coki datang dengan motor sambil membawa kipas angin besar.
Rupanya Bapak Coki tadi keluar mengambilkan kipas untuk Coki, karena memang dirumahnya udaranya cukup pengap.

Setelah bapaknya masuk, beliau pun duduk di kursi menyambut kami, Dengan senyuman yang persis dengan Coki
Aku menanyai kejadian kenapa Coki bisa demikian.
Seketika bapaknya langsung bercerita dengan semangat
"Kemarin jam 9 saya tiba-tiba disuruh ke sekolah mbak, pas saya sudah parkir motor, orang" pada bilang, itu anaknya cepat" saya langsung kaget, kenapaa dengan anak saya. Setelah saya lihat sudah banyak murid dan guru yang mengerumuni Coki, tangannya sudah seperti ini. Disitu saya langsung memarahi semua guru yang ada disitu, kenapa ada anak yang seperti itu kok dibiarkan saja gak segera ditangani atau dibawa ke puskesmas terdekat. Saya tahu Coki itu anak saya, tapi kan kalo di sekolah, orangtuanya yaa gurunya. Saya berhak marah kan ke mereka. Akhirnya saya bawa Coki ke pengobatan di 'Gempol' disana ada dokter ortopedi dan segera ditangani. Mungkin kalo dibawa ke rumah sakit itu tangannya akan dioperasi tapi biayanya mahal, makanya saya bawa kesana aja. Mungkin mbak nanti kalo ada temennya yang kaya gitu, kesana aja! biayanya ga seberapa mahal, tapi sebenarnya kalau uang bisa dicari mbak"

Aku langsung bisa menebak isi hati bapak Coki, begitu sayang dia terhadap anaknya, dalam keadaan apapun
Aku juga langsung spontan bertanya "Bapak disini tinggal berdua aja?"
Bapak menjawab "iyaa mbaa, sebenernya ada si kembar, cuman uda ga disini"
Disitu aku langsung ngeh, di TPA memang ada 2 anak kembar usia 4 tahun an yang diasuh oleh 2 orang tua yang berbeda, tapi aku tidak tahu siapa ayah kandungnya. Hanya katanya "ibunya sudah meninggal ketika melahirkan mereka". Bapaknya tidak sanggup membiayai

Tapii.. Bukan itu yang sebenarnya, beliau adalah Bapak yang bertanggung jawab, saya tahu dari ketulusannya menyambut kami dan mengurus Coki. Hanya sajaa, Alhamdulillah ada yang membantu merawat adik" Coki

Adzan magrib pun berkumandang,
Kami pun pamit untuk kembali ke kampus, di hari ini aku juga ada praktikum,,jadi harus bergegas
Bapak Coki mengucapkan banyak Terima kasih karena kami sudah mau datang mengunjungi Coki, beliau juga bercerita bahwa tadi wali kelas dan teman2 Coki di sekolah menjenguk Coki, Kata bapak Coki wali kelasnya kemarin sedang rapat jadi ndak ada yang mengurusi. Tapi meskipun begituu, semoga bisa jadi pelajaran untuk guru" yang lain agar lebih ber empati pada muridnya.

Untuk Bapak Coki,
Semoga rezeki bapak lancar, tidak mudah menjadi ayah dan ibu bagi Coki, apalagi dia masih kelas 2 SD. Pastii dia juga lebih suka bermain dibanding memikirkan keadaan bapak.
Sehat selalu ya pak, selalu menjadi bapak yang ikhlas. Semoga kebaikan bapak di balas Allah kelak

Alhamdulillah, hari ini aku bisa menceritakan kejadian yang begitu indah. Membuat ku lebih bersyukur karena masih memiliki orang tua yang lengkap dan fasilitas rumah yang cukup nyaman.
Hanya bagaimana cara kita membahagiakan diri kita dan orang sekitar, selalu menjadi penolong bagi orang" yang membutuhkan

Ikhlaslah, untuk memberikan ilmu. Karena salah satu amal jariyah kita ialah Ilmu yang bermanfaat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar

BEDA PENDAPAT, TOLERANSI HUMANISME